MAKALAH STUDI KASUS MEMPENGARUHI SIKAP dan PERILAKU
NAMA : Hernanda Bani Permana
KLS : 3EA27
NPM :18211984
DOSEN : TOMY ADI SUMIARSO
MATERI : PERILAKU KONSUMEN
TUGAS KE 5 :MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena saya telah
menyelesaikan makalah studi kasus yang berjudul Mempengaruhi Sikap dan
Perilaku Konsumen. Saya membahas tentang keputusan pembelian produk
sepatu, dan makalah ini merupakan salah satu tugas softskill mata kuliah
Perilaku Konsumen. Makalah ini disusun untuk memberi penjelasan bagi
penulis maupun apa saja faktor perilaku konsumen dalam pembelian produk
sepatu merk vans.
Makalah ini disampaikan secara sederhana, agar makalah ini dapat
dipahami dengan lebih mudah dan menyeluruh. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca. Serta tidak lupa kami sampaikan rasa
terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta rekan-rekan kami yang
turut berperan dalam pembentukan makalah ini. Dan juga terutama kami
sampaikan rasa terima kasih kepada bapak mujiyono selaku dosen mata
kuliah perilaku konsumen sehingga makalah ini dapat tersusun dengan
rapi.
Kami menyadari bahwa makalah mengenai “Perilaku konsumen dalam
menentukan pembelian produk sepatu” masih kurang sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bekasi, Januari 2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman saat ini menuntut konsumen bersikap pintar, cermat,
efisien dan efektif dalam memilih produk yang diinginkan. Dengan adanya
sikap itu, maka konsumen tidak akan kecewa dengan apa yang telah mereka
beli (action). Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapi dengan
berbagai kebutuhan yang tiada henti, salah satunya kebutuhan dalam
memilih produk sepatu karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas
dari kebutuhan dan tidak akan terpuaskan dari kebutuhan mereka.
Dengan meningkatnya permintaan konsumen dari berbagai produk, maka
produsen berusaha akan memenuhi kebutuhan yang konsumen inginkan. Dengan
itu, produsen menciptakan berbagai produk yang bervariatif serta
barbagai pilihan produk itu sendiri. Bahkan produsen akan menciptakan
produk yang sebelumnya belum pernah dibutuhkan oleh konsumen.
Inovasi-inovasi inilah yang menjadi dilema bagi konsumen, apakah mereka
akan mengambil keputusan berdasarkan keinginan atau kebutuhan. Maka,
konsumen akan melihat faktor-faktor apakah yang cocok bagi mereka,
sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat bagi
kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang mempengaruhi dalam pembelian sepatu vans ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian tersebut ?
3. Tahap-tahap pengambilan keputusan konsumen dalam membeli sepatu
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah :
1. Untuk mengetahui apakah perilaku konsumen yang mempengaruhi dalam keputusan pembelian produk sepatu vans.
2. Untuk mengetahi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen.
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori perilaku konsumen yang berkembang akhir-akhir ini didasarkan pada
kebutuhan ekonomi, yakni yang menjelaskan bahwa seorang konsumen akan
menetapkan kuantitas komoditas yang dikonsumsi dengan cara memaksimumkan
kepuasan (utilitas). Pada menentuan kuantitas tersebut, konsumen
dihadapkan pada kendala pendapatan dan harga komoditas. Sementara itu,
preferensi dan variabel yang lain dianggap tetap atau konstan yang
disebut dengan istilah ceteris paribus.
Pada teori ekonomi mikro tersebut, konsumen hanya mempertimbangkan dari
sisi kuantitas. Keputusan individu konsumen diturunkan dari perilaku
konsumen didalam memaksimumkan utilitas dengan kendala pendapatan.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan
“…Those actions directly involved in obtaining, consuming, and
disposing of products and services, including the decision processes
that precede and follow this action”. Perilaku konsumen merupakan
tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh,
mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan–tindakan tersebut.
Menurut Mowen (1995), “ Consumer behavior is defined as the study of the
buying units and the exchange processes involved in acquiring, consume,
disposing of goods, services, experiences, and ideas”. Perilaku
konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan
membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001).
Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran,
perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek
hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan
perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses
konsumsi (Peter & Olson, 2005).
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan
konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan
tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan
pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam
Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen yaitu :
1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan
situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh
lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil
keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang
kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat
faktor tersebut diatas.
2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan
keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan
demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal)
yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut
akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran,
perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat
utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi
perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.
BAB III
PENELIATIAN
Banyaknya produk yang beredar dipasaran membuat konsumen disajikan oleh
berbagai alternative pilihan merk/tipe sepatu. Konsumen dihadapkan
alternative kualitas, harga maaupun kebutuhan. Semua tergantung selera
konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
pengambilan produk sepatu adalah :
1.Keluarga
Lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku
pembelian yang menyangkut:
- Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
- Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
- Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
- Siapa yang melakukan pembelian.
- Siapa pemakai produknya.
2. Harga barang itu sendiri
Pertimbangan pemilihan harga yang lebih ekonomis adalah faktor dominan
dalam pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk sepatu. Selain
sisi fashion branded kenyamanan dan faktor lingkungan. Untuk ukuran
mahasiswa harga yang ekonomis lah adalah bahan pertimbangan nomor 1.
3. Kualitas barang
Pertimbangan konsumen adalah nomor 2 kualitas / keunikan yang
ditawarkan. Biasanya konsumen tidak terlalu mempertibangkan kualitas
untuk jangka panjang. Yang terlihat dimata konsumen produk tersebut
sekilas dari penglihatan mata bagus maka itu yang dipilih. Dengan
mengsampingan kualitas dan mempertimbangkan harga.
4. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya).
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.
5. Harga barang-barang lain yang bersifat substitutif terhadap barang tersebut
Konsumen akan cenderung mencari barang atau jasa yang harganya relatif
lebih murah untuk dijadikan alternatif penggunaan. Contohnya: bila
seseorang yang ingin membeli produk sepatu untuk kuliah merk vans
original. Tetapi harganya melonjak sedangkan tipe merk yang sama tapi
kualitas rendah dan dengan harga lebih murah, maka konsumen cenderung
akan memilih sepatu yg lebih murah untuk menghemat biaya. Dan sepatu kw
tersebut sebagai subtitusi dari merk yang asli.
6. Pendapatan rumah-tangga atau pendapatan masyarakat
Orang yang punya gaji dan tunjangan yang besar maka dia dapat membeli
banyak barang yang dia inginkan, tetapi jika pendapatannya rendah maka
seseorang mungkin akan mengirit pemakaian barang yang dibelinya sehingga
tidak terlalu banyak pengeluarannya.
7. Selera dan prilaku seseorang atau masyarakat
Selera konsumen terhadap produk sepatu mempengaruhi minat seseorang
untuk membeli produk yang diingikan. Seklaipun harganya selangit dan
dengan kualitas terbaik jika keinginan konsumen itu tinggi maka harga
bukan faktor penghalang.
Tahapan konsumen membeli produk Sepatu :
- Pengenalan Kebutuhan
Merupakan tahap pertama proses keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan.
- Pencarian Informasi
Tahap yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak,
konsumen mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari
informasi:
a) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan
a) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan
b) Sumber komersial: Iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan
c) Sumber publik: media massa, organisasi penilai konsumen
d) Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk
- Evaluasi Alternatif : Tahap ketika konsumen menggunkan informasi untuk mengevaluasi merek alternative dan perangkat pilihan.
- Pemilihan : Tahap pemilihan yang terabaik, sesuai kebutuhan dan sesuai anggaran.
- Keputusan Membeli Tahap, ketika konsumen benar-benar membeli produk. Setelah melalui proses diatas, siswi tersebut pun memutuskan membeli sepasang sepatu yang sesuia dengan piliannya.
- Tingkah Laku Pasca Pembelian : Tahap ketika konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas dan tidak puas.
- Kesadaran : Konsumen menjadi sadar akan produk baru, tetapi kurang informasi mengenai produk tersebut.
- Tertarik : Konsumen mencari informasi mengenai produk baru.
- Evaluasi : Konsumen mempertimbangkan apakah masuk akal untuk mencoba produk baru.
- Mencoba: Konsumen mencoba produk baru dalam skala kecil untuk meningkatkan perkiraannya mengenai nilai produk tersebut.
- Adopsi: Konsumen memutuskan untuk menjadi pengguna produk baru sepenuhnya dan teratur (loyal).
Empat tipe proses pembelian produk ‘Sepatu’:
- Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Konsumen secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran. Seperti produk sepatu yang di gunakan oleh seorang karyawati yang bekerja disuatu perkantoran, maka ia harus memiliki sepatu yang nyaman di pakai, bagian depan sepatu tertutup, bertumit tinggi dan kelihatan elegan dan smart. Jadi, sang karyawati harus menyempatkan waktu dan anggaran untuk menyari sepatu yang sesuai dengan keinginannya.
- Proses “ Brand Loyalty “. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama. Seperti sepatu yang digunakan oleh seorang artis yang harus tampil di depan fans atau yang menonton artis tersebut. Ia harus memiliki sepatu yang cocok, nyaman dan mewah, maka dari itu ia memiliki perancang sepatu langanan untuk menunjang penmpilannya. Yang mana sang perancang sudah tahu detai serta kebutuhan sang artis.
- Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Keputusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Seperti sepatu yang dipakai oleh mahasiswi yang setiap hari bertampilan berbeda, maka dari itu ia harus memiliki sepatu yang cocok di padu–padankan dengan pakaiannya. Jadi, jika ia pergi ke mall berniat membeli buku dan ditenggah jalan ia meliahat sepasang sepatu yang bagus dan ia belum punya, maka ia akan membelinya.
- Proses “ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertyas tisu.
Tahap-tahap Pengambilan Keputusan : (Sumber : Kotler, 2000)
A. Citra Merek (Brand Image)
Merek menjadi tanda pengenal bagi penjual atau pembuat suatu produk atau
jasa. Menurut Kotler (2005), merek adalah suatu simbol rumit yang dapat
menyampaikan hingga enam tingkat pengertian sebagai berikut :
1) Atribut : suatu merek dapat mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
2) Manfaat : atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
3) Nilai :suatu merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya.
4) Budaya : suatu merek mungkin juga melambangkan budaya tertentu
5) Kepribadian : suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu.
6) Pemakai : suatu merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan suatu produk.
2) Manfaat : atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
3) Nilai :suatu merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya.
4) Budaya : suatu merek mungkin juga melambangkan budaya tertentu
5) Kepribadian : suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu.
6) Pemakai : suatu merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan suatu produk.
- Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian
Wicaksono (2007) mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam
keputusan pembelian. Brand image yang dikelola dengan baik akan
menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi:
1) Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.
2) Memperkaya orientasi konsumsi tehadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari fungsi-fungsi produk.
3) Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.
4) Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.
B. Kualitas Produk
Kottler (2000) menyatakan bahwa pencapaian kualitas yang baik bagi suatu
perusahaan dibutuhkan beberapa ukuran untuk merumuskan kebijakan
mengenai kualitas produk yaitu :
1) Fungsi barang
1) Fungsi barang
Mempengaruhi kepuasan konsumen, maka harus memproduksi barang yang
mutunya sesuai dengan fungsi serta kegunaanya, daya tahanya, peralatanya
dan kepercayaanya.
2) Wujud luar seperti bentuk, warna dan susunanya.
Bila wujud luar dari barang tersebut tidak menarik meskipun kualitas barangnya baik maka belum tentu konsumen tertarik.
3) Biaya barang
Pada umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu suatu barang tersebut.
- Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian
Suatu perusahaan yang mengetahui hal tersebut, tentu tidak hanya menjual
produk itu sendiri, tetapi juga manfaat dari produk tersebut dimana
pada akhirnya hal tersebut membentuk perusahaan untuk meningkatkan
penjualan karena akan berpengaruh pada keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen. Melihat hal tersebut pada akhirnya akan dapat
ditarik suatu kesimpulan untuk dijadikan suatu hipotesis bahwa kualitas
produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepasang sepatu merupakan alas kaki yang berfungsi melindungi dan
memperindah kaki setiap pemakainya. Itulah sebabnya banyak tergila-gila
pada sepatu. Di saat fashion menjadi sebuah tuntutan hidup, perannya
yang hanya sebuah alas kaki pun bergeser menjadi pelengkap penampilan.
Sepasang sepatu tidak hanya mentransformasi penampilan, Jadi, sudah
saatnya Anda memperhatikan sepatu yang cocok dengan busana dan aksesori
yang dikenakan.
Pada awalnya mungkin sepatu hanyalah dipandang sebagai alas kaki yang
berfungsi untuk melindungi kaki kita,namun seiring berkembangnya zaman
,fungsi alas kaki ini pun berkembang menjadi pelengkap penampilan
seseorang. Sepasang sepatu yang tepat,tidak hanya dapat memberikan rasa
nyaman,tetapi juga dapat memperindah kaki dan pembangkit mood bagi
pemakainya. Tentu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar
seseorang mendapatkan produk yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan dipengaruhi berbagai
faktor untuk dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli produk sepatu
adalah kualitas, referensi, merk , warna, selera serta kemasan, harga,
diskon dan hadiah. Dari keseluruhan faktor tersebut kualitas dan
referensi merupakan faktor yang paling dominan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar