Nama : Hernanda Bani Permana
Kelas : 3EA27
NPM : 18211984
10 Perilaku Karakteristik
Konsumen Indonesia
1.Berpikir jangka pendek (short
term perspective)
Contoh paling mudah adakah
banyaknya kredit konsumen di Indonesia dan sulitnya cash flow rumah tangga yang
hanya melakukuan perhitungan kebutuhan jangka pendek., yaitu mudah mendapatkan
dalam waktu singkat.Hal ini juga dipengarihi oleh kondisi ekonomi makro yang
menyebabkan penurunan daya beli masyarakat sehingga konsumen mencari solusi
dengan melakukan kredit atau hal yana lain agar kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi dalam jangka pendek. Selain itu konsumen Indonesia selalu membeli
barang dengan berdasarkan bajet yang tersedia.hal ini dapat terlihat dengan
konsumen yang selalu barang yang bernilai rendah daripada barang yang bernilai
tinggi meskipun mereka mampu untuk membelinya. Dampak dari berpikir jangka
pendek ini adalah membuat konsumen Indonesia cepat lupa. Sebagai contoh, pada
masalah maskapai penerbangan yang selalu mengalami kecelakaan.Namun, konsumen
di Indonesia selalu menggunakan maskapai penerbangan tersebut dikarenakan
murahnya tiket yang ditawarkan oleh maskapai tersebut yang tidak dapat
dilakukan oleh maskapai penerbangan lain yang memberikan pelayanan dan jaminan
keselamatan yang kebih menjanjikan.
2. Tidak berencana (dominated
by unplanned behavior)
Konsumen Indonesia selalu tidak
berencana dari jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai contoh konsumen yang selalu
melakukan impulse buying yakni berbelanja dengan membeli langsung di tempat.
Hal lain adalah delalu melakukan berbagai kegiatan setelah mendekati waktu yang
ditentukan telah dekat.contohnya pembayaran biaya telepon, listrik, air (PAM)
dan biaya pendidikan anak-anak.
3. Suka Berkumpul (like to
socialize)
Budaya konsumen Indonesia
adalah kebiasaan berkumpul dengan lingkungan sekitar atau kemasyarakatannya
sangat kental dimana hal ini juga mengakibatkan suburnya bisnis-bisnis seperti
klub-klub atau arena berkumpul di Indonesia. Contoh paling sederhana adalah
dalam acara arisan yang selalu dilakukan oleh para ibu-ibu rumah tangga serta
dalam tempat fitnes center untuk para remaja maupun orang tua yang ingin
berolahraga.
4.
Gaptek / Gagap Teknologi (not adaptive to high technology)
Konsumen Indonesia cenderung
tidak mengikuti perkembangan teknologi yang disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat Indonesia. Memang tidak semua masyarakat Indonesia gaptek
namun secara keseluruhan nagara Indonesia masih tidak tahu penggunaan
teknologi. Menurut hasil riset menunjukkan jumlah pengguna teknologi di
Indonesia hanya mencapai 7-8% saja.Sangat jauh jika dibandingkan dengan negara
maju seperti Amerika Serikat yang mencapai 73%.Selain itu, sebagian dari
pengguna teknologi di Indonesia yang hanya 7-8% tersebut juga dimanfaatkan untuk
hal-hal yang tidak berproduktif seperti untuk bermain game online, bahkan untuk
mengakses situs-situs porno yang banyak dilakukan oleh para remaja Indonesia
pada saat sekarang ini.
4.
Gaptek / Gagap Teknologi (not adaptive to high technology)
Konsumen Indonesia cenderung
tidak mengikuti perkembangan teknologi yang disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat Indonesia. Memang tidak semua masyarakat Indonesia gaptek
namun secara keseluruhan nagara Indonesia masih tidak tahu penggunaan
teknologi. Menurut hasil riset menunjukkan jumlah pengguna teknologi di
Indonesia hanya mencapai 7-8% saja.Sangat jauh jika dibandingkan dengan negara
maju seperti Amerika Serikat yang mencapai 73%.Selain itu, sebagian dari
pengguna teknologi di Indonesia yang hanya 7-8% tersebut juga dimanfaatkan untuk
hal-hal yang tidak berproduktif seperti untuk bermain game online, bahkan untuk
mengakses situs-situs porno yang banyak dilakukan oleh para remaja Indonesia
pada saat sekarang ini.
5. Berorientasi pada konteks
(context, not content oriented)
Kecanderungan untuk membeli
barang dilihat dari merk atau tampilan luarnya sangat melekat pada konsumen
Indonesia. Konsumen Indonesia cenderung lebih suka membaca informasi yang
sederhana, ringan dan mudah dicerna serta dimengerti. Pendapat tersebut
terbukti dengan kurangnya minat baca masyarakat Indonesia terutama literatur
maupun bacaan tentang pengetahuan yang agak susah dimengerti.Selain itu
konsumen Indonesia lebih suka melihat acara di televisi yang kurang bermanfaat
seperti acara sinetron, infotanment, berita krimnal, kuis, dan film
dibandingkan dengan tayangan yang memiliki pengetahuan lebih besar dan
bermanfaat. Sebagai contoh masalah artis sinetron Maia Ahmad yang bertengkar
dengan suaminya sangat diekpos oleh media dan masyarakat.Secara umum konsumen
Indonesia lebih melihat isinya atau bentuk luarnya saja dibandinakan dengan
manfaat yang dapat diperolehnya. 6.Suka barang Luar Negeri
Hal ini sangat dipengaruhi oleh
ingin mencari kualitas yang lebih baik.Meskipun produk yang ingn dibeli lebih
mahal dari produk dalam negeri.Ini disebabkan oleh pandangan masyarakat
Indonesia yang selalu menganggap prodik dalam negeri lebih tidak buruk
kualitasnya dibandingkan denagn produk luar negeri yang telah terkenal di dunia
sehingga produsen di Indonesia cenderung membuat produk yang hampir sama
merknya. Bahkan ada oknum yang mengilegalkan produknya dengan menggunakan merk
yang sama dengan merk barang luar negeri yang laris di pasaran Indonesia.
kadang konsumen cenderung membeli barang yang tidak dibutuhkan denagn alasan gengsi,
maupun nama produk tersebut yang telah memiliki nama tersendiri dalam suatu
pasaran
7.Beragama(religious)
Konsumen Indonesia memilki
kepercayaan yang kuat diman masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agama
islam yang sangat memperhatikan kehalalan suatu produk yang mempengaruhi jumlah
daya beli masyarakat.Karena masyarakat lebih mengutamakan kehalalan baik produk
makanan, minuman, maupun restoran. Contoh paling sederhana pada kasus bumbu
maskan Ajinomoto yang dianggap mengandung lemak babi yang mengakibatkan
masyarakat islam Indonesia merasa khawatir dan menurunnya daya beli masyarakat
akan bumbu masakan tersebut dan sedikit berdampak pada produk lain yang
sejenis. Tetapi masyarakat Indonesia dapat dipengaruhi oleh media.Sebagai
contoh dengan menghadirkan tokoh agama yang bersedia mengkonsumsi makan masakan
yang diopinikan haram.
8. Gengsi (putting prestige as
important motive)
Gengsi sangat melekat kuat pada
konsumen Indonesia yang selalu ingin menggunakan produk yangh berkualitas dan
bernilai eknomi tinggi. Menurut Hadi Irawan, sikap gengsi pada seseorang dapat
muncul apabila: 1.Konsumen suka bersosialisasi yang mendorong seseorang untuk
pamer atau menunjukkan dirinya lebih hebat dari orang lain. 2.Indonesia masih
menganut paham feodal yang mana masih adanya asas stratifikasi dalam masyarakat
sehingga masyarakat masih dibedakan dalam kelas-kelas sosial yang berbeda.
3.Masyarakat Indonesia masih menilai kesuksesan seseorang dari jabatan maupun
barang yang dimiliki.sehingga wajar bagi seseorang yang telah memiliki
atribut-atribut kesuksesan seperti mobil, laptop, rumah ,kredit card, dll telah
dianggap sukses dalam hidupnya.
9.Budaya lokal (strong in subculture)
Etnis, fanatisme dan kebiasaan
suatu daerah sangat berbeda dengan daerah lain yang juga membuat selera
konsumennya berbeda.Sebagai contoh pada masyarakat Padang yang biasa
mengkonsumsi makanan yang pedas maka tidak cocok dengan masakan jawa yang
cenderung manis. Oleh karena itu tidak semua merek dalam suatu negara dapat
menguasai pemasaran dalam semua wilayah Indonesia sebab beragamnya budaya dan
etnis di Indonesia.
10.
Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment)
Masalah
lingkungan merupakan masalah yang terus berkembang saat ini. Banyak produk yang
memposisikan produknya sebagai produk ramah lingkungan tetapi bukti di lapangan
hal ini tidak efektif.Masyarakat Indonesia selalu memposisikan masalah
lingkungan pada urutan terbawah. Berbeda dengan luar negeri yang memposisikan
masalah lingkungan di posisi paling teratas karena akibat yang ditimbulkan
sangat beragam. Jadi, itulah kesepuluh karakteristik konsumen Indonesia yang
jika dicermati juga sangat dipengaruhi masalah perkembangan teknologi yang
semakin lama semakin berkembang dengan pesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar