Nama : Hernanda Bani Permana
Kelas : 3EA27
NPM : 18211984
Sumber Daya Konsumen Dan Pengetahuan Konsumen
Sumber Daya Konsumen Dan Pengetahuan Konsumen
A.Sumber Daya Konsumen
Konsumen memiliki tiga sumber
daya utama yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini
pemasar memberikan barang dan jasa. Terdapat 3 (tiga) sumber daya konsumen di
antaranya sebagai berikut :
1.
Sumber Daya Ekonomi.
2.
Sumber Daya Temporal.
3. Sumber Daya Kognitif.
Ini berarti bahwa pemasar
bersaing untuk mendapatkan uang, waktu, dan perhatian konsumen. Sumber daya
lain, seperti energi, mungkin diperlukan untuk berbelanja dan konsumsi, tetapi
uang, waktu, dan perhatian adalah yang utama. Bukan hanya jumlah waktu dan
sumber daya ekonomi yang menentukan perilaku konsumen. Persepsi konsumen
mengenai sumber daya yang tersedia, atau apa yang akan tersedia pada masa
datang, juga penting dalam keputusan pembelanjaan dan juga mempengaruhi
ketersedian untuk menggunakan uang atau waktu produk. Jadi, ukuran kepercayaan
konsumen mungkin berguna dalam meramalkan penjualan masa dating berdasarkan
kategori produk.
1.SUMBER DAYA EKONOMI
Keputusan konsumen sehubungan
dengan produk dan merek sangat dipengaruhi oleh jumlah sumber daya ekonomi yang
mereka punyai atau mungkin mereka punyai pada masa dating. Untuk menjadi
konsumen diperlukan uang. Kartu kredit juga memadai. Di dalam era yang lebih
awal, barter-pertukaran barang dengan barang-lazim dilakukan. Barter masih
penting di dalam masyarakat yang kurang maju dan hingga batas tertentu di dalam
ekonomi bawah tanah dari masyarakat maju. Ada „‟ekonomi informal‟‟ yang besar di mana orang membarter atau membeli
barang dan jasa dengan cara yang kerap lolos dari pembuatan catatan dan mungkin
pajak. “pemakai berat” ekonomi informal adalah orang yang kaya, berpendidikan
tinggi, dan termasuk muda. Sumber daya ekonomi-seperti pendapatan atau kekayaan
–adalah variable pertama yang harus dianalisis di dalam perilaku konsumen,
dengan studi yang dirunut kembali hingga tahun 1672. Studi pertama, dengan
basis statistik yang layak diterbitkan oelh Ernest Engel‟s Laws of Consumption” (Kaidah Engel mengenai
Konsumsi). Kaidah tersebut mengandung empat proposisi mengenai hubungan antara
pendapatan keluarga dan proporsi yang dibelanjakan untuk kategori seperti
makanan, pakaian, pondokan, dan “lain-lain” (pendidikan, kesehatan, rekreasi,
dan sebagainya).
Sumber Daya Ekonomi yang lain
diluar pendapatan juga mempengaruhi perilaku konsumen. Yang paling penting
adalah kekayaan (nilai bersih) dan kredit. Kekayaan, yang diukur menurut asset
atau nilai bersih, berkorelasi dengan pendapatan. Variasi primer adalah
konsumen tua cenderung memiliki proporsi kekayaan yang lebih besar dibandingkan
konsumen yang lebih
muda.
Keluarga kaya menghabiskan uang mereka untuk pelayanan, perjalanan, minat, dan
investasi lebih banyak daripada yang dihabiskan oleh tetangga mereka untuk
perlengkapan rumah, peralatan, alat hiburan, dan produk serupa tidak terlalu
tinggi karena keluarga kaya biasanya berada dalam tahap yang belakangan dari
siklus kehidupan dan tidak berkepentingan untuk melengkapi rumah baru atas
membuat pembelian tambahan untuk peralatan besar. Kredit memperluas sumber
pendapatan, setidaknya untuk suatu periode waktu . sebenarnya karena biaya
kredit harus dikurangi dari ketersediaan sumberdaya total milik konsumen,
kredit mengurangi kemampuan membeli barang dan jasa dalam jangka pangjang.
Meskipun begitu, orang Amerikasemakin bersedia menggunakan kredit untuk
perluasan sementara dari sumber daya ekonomi mereka. Kepala rumah tangga yang
lebih muda lebih mungkin mendukung piminjaman daripada rumah tangga yang lebih
tua. Orang Amerika paling bersedia meminjam untuk mobil, tagihan pengobatan,
atau alasan pendidikan. Rumah tangga yang lebih muda dan mereka dengan
pendapatan yang lebih tinggi lebih bersedia meminjam, apapun alasannya.
2.SUMBER DAYA TEMPORAL
Waktu menjadi variabel yang
semakin penting dalam memahami perilaku konsumen karena kemiskinan waktu yang
semakin banyak dialami orang Amerika. Jam yang dihabiskan di tempat kerja
setiap minggu (termasuk waktu pulang pergi, pekerjaan rumah tangga, dan
pekerjaan sekolah) meningkat dari 40,6 jam pada tahun 1973 menjadi 47,3 pada
tahun 1984. Pada waktu yang sama, rata-rata jumlah jam yang tersedia untuk
waktu senggang tuun dari 26,2 jam menjadi 18,1 jam perminggu.
Salah satu variabel yang paling
individual dari perilaku manusia berhubungan dengan bagaimana orang menggunakan
anggaran waktu mereka. Kebanyakan dihabiskan untuk bekerja, tidur, dan kegiatan
wajib lain. Namun, suatu bagian dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi
yang disebut waktu senggang (leisure), yang mencerminkan baik keperibadian
maupun preferensi gaya hidup. Sumber daya konsumen terdiri atas dua kendala
anggaran: anggaran uang dan anggaran waktu. Sekarang kita ingin melihat
anggaran waktu yang harus digunakan oleh konsumen untuk mencerminkan preferensi
gaya hidup pribadi mereka. Walaupun pendapatan yang meningkat memungkinkan
konsumen membeli segalanya lebih banyak, pendapatan tersebut tidak mungkin
mengerjakan segalanya lebih hal, sebagaimana berlawanan dengan membeli banyak
hal, sebagaimana berlawanan dengan membeli banyak hal, memerlukan sumber daya
tambahan: waktu. Sementara anggaran uang tidak mempunyai keterbatasan perluasan
teoritis, waktu memiliki kendala pokok.
Kerena
pendapatan yang leluasa digunakan terus meningkat di dalam masyarakat, pasar
untuk barang atau jasa yang berhubungan dengan waktu menjadi lebih penting.
Kelangkaan menciptakan nilai. Untuk konsumen yang kaya, perhatian utama menjadi
pembeli lebih banyak waktu ketimbang lebih produk. Nilai waktu meningkat ketika
anggaran uang meingkat, sehingga meningkatkan kemungkjinan bahwa pemasar
menaikkan nilai produk (dan harga yang sesuai) lebih besar daripada biaya
tambahan karena mengerjakannya. Secara historis, anggaran waktu konsumen secara
naïf dianggap memiliki komponen : kerja dan senggang.anggaran waktu konsumen
dibagi ke dalam tiga blok: “waktu yang dibayar”, “waktu wajib”, dan “waktu
leluasa”. Lane dan Lindquist menggunakan system klasifikasi yang sama termasuk
waktu yang menghasilkan pendapatan, waktu terikat (wajib dan nonwajib), dan
waktu yang tidak terikat (yang direncanakan dan tidak direncanakan). Blok waktu
leluasa atas waktu tak terikatlah yang dapat benar-benar dianggap sebagai waktu
senggang. Voss menyimpulkan: “waktu senggang adalah periode waktu yang diacu
sebagai waktu yang dapat digunakan secara leluasa. Itu adalah waktu ketika
individu ttidak merasakan masalah ekonomi, hukum, moral, atau desekan sosial
atau kewajiban, tidak pula kebutuhan fisiologis pilihan bagaimana memanfaatkan
waktu itu semata-mata merupakan milik individu bersangkutan.
Komplikasi tambahan dalam
mendefinisikan kesenggangan terjadi ketika individu dibayar untuk kegiatan yang
mungkin mereka pilih sebagai kegiatan leluasa. Seniman, professor, dan atlet
professional mungkin merupakan contoh individu yang beruntung dibayar untuk
kegiatan yang mereka pilih sebagai kegiatan waktu senggang mereka.
3.SUMBER DAYA KOGNITIF
Sumber daya kognitif
menggambarkan kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai
kegiatan pengolahan informasi. Kapasitas adalah sumber daya yang terbatas.
Dapat mengelola hanya sejumlah tertentu informasi pada satu waktu. Ukuran
kapasitas kerap digambarkan istilah keratan (chunk), yang mewakili suatu unit.
Alokasi kapasitas kognitif dikenal sebagai perhatian (attention). Perhatian
terdiri dari dua dimensi: arahan (direction)intensitas. Arahan menggambarkan
fokus perhatian. Karena konsumen tidak dapat mengolah semua stimulus internal
dan eksternal yang tersedia pada saat tertentu, mereka harus selektif dalam
cara mereka mengalokasikan sumber daya yang terbatas ini. Beberapa stimulus
akan mendapat perhatian, yang lain akan diabaikan.
Intensitas, sebaliknya, mengacu
pada jumlah kapasitas yang difokuskan pada arahan tertentu. Konsumen akan
sering mengalokasikan hanya kapasitas yang diperlukan untuk mengidentifikasi
stimulus sebelum mengarahkan kembali perhatian mereka ke tempat lain. Pada
kesemapatan lain, konsumen mungkin menaruh cukup perhatian untuk mengerti inti
dasar dari iklan bersangkutan. Konsumen kadang mungkin member konsentrasi penuh
kepada iklan tersebut dan menyelidiki secara cermat pesanannya, seperti
konsumen di dalam pasar mobil baru yang membaca iklan mobil.. kenyataan bahwa kapasitas
merupakan sumber daya yang terbatas membawa sejumlah implikasi penting
sehubungan dengan bagaimana konsumen mengolah informasi dan membuat pilihan
produk.
Pengetahuan Konsumen
Psikolog kognitif mengemumakan
bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar : deklaratif dan prosedural.
Pengatahuan deklaratif (declarative knowledge) melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui,
sementara pengetahuan prosedural (procedural knowledge) mengacu pada pengertian
bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini bersifat subjektif dalam
pengertian bahwa fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Pengetahuan deklrataif dibagai menjadi dua kategori : episodik dan semantik.
Pengetahuan episodik(episodic knowledge) melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan
waktu. Pengetahuan ini digunakan untuk menjawab pertanyaan, “kapan anda
terakhir kali membeli sejumlah pakaian?” sebaliknya,
pengetahuan sematik (semantic knowledge) mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan yang
memberikan arti bagi dunia seseorang. Ini adalah pengetahuan yang akan anda
gunakan dalam mendeskripsikan sebuah barang.
Pengetahuan konsumen di bagi
dalam tiga dibidang umum :
1.
Pengetahuan Produk (product knowledge)
2.
Pengetahuan Pembelian (purchase knowledge)
3. Pengetahuan Pemakaian (usage
knowledge)
PENGETAHUAN PRODUK Pengetahuan produk mencakupi :
1.
Kesadaran akan kategori dan merek produk di dalam kategori produk.
2.
Terminologi produk.
3.
Atribut atau ciri produk.
4. Kepercayaan tentang kategori
produk secara umum dan mengenai merek spesifik.
Secara umum, pemasar paling
berminat atas pengetahuan konsumen mengenai merek mereka dan sajian yang
kompetitif. Informasi ini diperoleh melalui analisis kesadaran konsumen dan
citra dari merk yang tersedia.
1.
Analisis Kesadaran.
2.
Analisis Citra.
3.
Kesalahan Persepsi terhadap Produk.
4. Penegtahuan Harga
PENGETAHUAN PEMBELIAN Pengetahuan
pembelian (purchase knowledge) mencakupi bemacam potongan informasi yang
dimiliki konsumen yang berhubungan erat dengan pemerolehan produk. Dimensi
dasar dari pengetahuan pembelian melibatkan informasi berkenaan dengan
keputusan tentang di mana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian
harus terjadi.
1.
Di mana Membeli.
2. Kapan Membeli.
PENGETAHUAN PEMAKAIAN Pengetahuan pemakaian (usage knowledge) menggambarkan
kategori ketiga dari pengatahuan konsumen. Pengetahuan seperti ini mencakupi
inormasi yang tersedia di dalam ingatan bagaimana suatu produk dapat digunakan
dan apa yang diperlukan agar benar-benar menggunakan produk tersebut. Kecukupan
pengetahuan pemakaian konsumen penting karena beberapa alasan pertama, konsumen
tentu saja lebih kecil kemungkinannya membeli suatu produk bila mereka tidak
memiliki informasi yang cukup mengenai bagaimana menggunakan produk tersebut.
Upaya pemasaran yang dirancang untuk mendidik konsumen tentang bagaimana
menggunakan produk pun dibutuhkan. Iklan yang muncul adalah salah satu contoh
dari peningkatkan pengetahuan pemakai dengan member konsumen informasi langkah
demi langkah mengenai bagaimana produk tersebut dapat digunakan. Penghalang
serupa bagi pembelian terjadi bila konsumen memiliki informasi yang tidak
lengkap mengenai cara-cara yang berbeda atau situasi di mana suatu produk dapat
digunakan. Penemuan kemampuan aspirin untuk mengurangi resiko serangan jantung
mendorng bayer untuk menginformasikan konsumen mengenai pemakaian baru. Jangan
samapai prouduk yang digunakan secara salah mungkin tidak bekerja dengan benar
sehingga menyebabkan pelanggan merasa tidak puas. Yang lebih buruk lagi,
kesalahan dalam pemakaian dapata menyebabkan cedera tubuh, seperti kecelakaan
kerap terjadi sehubungan dengan gergaji listrik yang dipegang dengan tangan.
Upaya seperti ini sangat lazim, karena pemasar kerap mengidentifikasi dan
mempromosikan pemakai produk baru untuk meningkatkan permintaan , khususnya
dalam hal produk yang sudah matang.
Kepribadian,Nilai Dan Gaya Hidup
A. KEPRIBADIAN
Kepribadian merupakan ciri
watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku individu.
Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang kas dimiliki
seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan orang lain.
Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan psikologisnya.
Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau
diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri aktual individu
tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya
(bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana
dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan,
situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
B. NILAI Nilai (value) merupakan kata sifat yang selalu terkait
dengan benda, barang, orang atau hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut.
Nilai adalah sebuah konsep yang abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan
dengan benda, barang, orang atau hal-hal tertentu. Pengkaitan nilai dengan
hal-hal tertentu itulah yang menjadikan benda, barang atau hal-hal tertentu
dianggap memiliki makna atau manfaat. Benda purbakala dianggap bernilai karena
berguna bagi generasi penerus untuk mengetahui sejarah masa lampau kita.
Videotape recorder, meski secara teknis kondisinya masih baik, dianggap
manfaatnya sudah hilang karena sudah susah mengoperasikannya mengingat kaset
yang seharusnya menjadi komplemen video tape tersebut tetidak bisa lagi
diperoleh di pasaran, semuanya tergantikan oleh VCD. Dengan demikian yang
dimaksudkan dengan nilai adalah prinsip, tujuan, atau standar sosial yang
dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) karena secara
intrinsik mengandung makna.
C. GAYA HIDUP
Plummer (1983) gaya hidup
adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam
hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal
yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya
dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta
sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002).
Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara
kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam
gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis,
gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Menurut pendapat Amstrong
(dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang
dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau
mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan
keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih lanjut Amstrong
(dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu
sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan
persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan
jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap
suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara
langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,
kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b.Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi
pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua
tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat
memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk
pandangan terhadap suatu objek.
c.Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi
karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku
dari setiap individu.
d.Konsep diri
Faktor lain yang menentukan
kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan
yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen
dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi
minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan
menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena
konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena
adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise
merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap
kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana
seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk
suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal
dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
a. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah
kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap
dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah
kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,
sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana
individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh
tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
b. Keluarga
Keluarga memegang peranan
terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini
karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak
langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah
kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang
tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu
memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam
sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan
peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan,
prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh
seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu
melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu
peranan.
d. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari
dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap,
pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi.
Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial,
dan kebudayaan. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok
gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin menemukan
bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada pencapaian prestasi.
Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan mereknya ke gaya
hidup orang yang berprestasi.
Terutama bagaimana dia ingin
dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan
bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial
yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol
status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Fenomena ini pokok pangkalnya
adalah stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial yang terdiri lapisan-lapisan
:
dari lapisan teratas sampai lapisan
terbawah.
Dalam struktur masyarakat modern,
status sosial haruslah diperjuangkan
(achieved)
dan bukannya karena diberi atau berdasarkan garis
keturunan (ascribed).
Selayaknya status sosial
merupakan penghargaan masyarakat atas prestasi yang dicapai oleh seseorang.
Jika seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu, ia layak di tempatkan
pada
lapisan
tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang diharapkan mempunyai kesempatan yang
sama untuk meraih prestasi, dan melahirkan kompetisi untuk meraihnya.
Jadi pada kesimpulannya, gaya
hidup adalah suatu pola atau cara individu mengekspresikan atau
mengaktualisasikan, cita-cita, kebiasaan / hobby, opini, dsb dengan lingkungannya
melalui cara yang unik, yang menyimbolkan status dan peranan individu bagi
linkungannya. Gaya hidup dapat dijadikan jendela dari kepribadian masing-masing
invidu.Setiap individu berhak dan bebas memilih gaya hidup mana yang
dijalaninya, baik itu gaya hidup mewah (glamour), gaya hidup hedonis, gaya
hidup punk, gaya hidup sehat, gaya hidup sederhana, dsb.
Gaya hidup mewah memang sudah
menjadi bagian hidup manusia. Sebagai makhluk sosial,manusia membutuhkan
interaksi dengan banyak hal. Manusia memerlukan pemenuhan kebutuhannya yang
mencakup sandang,pangan, dan papan. Ketiga hal ini sangat penting dalam
kehidupan manusia. Manusia bergantung pada makanan,pakaian, dan tempet tinggal.
Kebutuhan akan ketiga hal tersebut menjadikan sebagian orang memberlakukan gaya
hidup mewah. Manusia memiliki nafsu yang berujung pada masalah selera dan
gengsi,termasuk gaya hidup mewah.
Sumber referensi:
http://tonymisye.blogspot.com/2011/04/nilai-nilai-individu-dan-sikap-kerja.html
http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/18/gaya-hidup/
http://zonegirl.wordpress.com/2011/11/30/pengertian-korupsi-etika-bisnis-dan-hubungan-etika-bisnis-dengan-korupsi/
James F. Engel, Roger D.
Blackwell, Paul W. Miniard. (1994). Perilaku Konsumen Jilid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar